Kenangan

kenangan

Aku terbang menemuimu,

bukan mencari cara untuk kembali.

Tapi memberi jarak pada dahulu dan kini.

Tentang bagaimana aku melangkah,

bukan terjebak pada kamu dan cerita lalu.

Kadang aku berlari menemuimu,

ketika sebuah esay panjang terbaca pada lembaran usang.

Aku sering terdiam ketika langit bergelombang

dengan lembayungnya yang berwarna jingga.

Jantungku berdegup cepat, betapa jemarimu begitu hangat

tawamu terlampau riang,

dan tatapanmu begitu memenjara.

Aku tidak butuh mesin waktu untuk menemuimu,

cukup sebuah pena, buku atau puisi.

Serenada yang pernah kau nyanyikan,

coklat strawberry, dan sebuah kedai

dimana kita pernah duduk bersama.

Semudah itu aku menemuimu,

cukup kupejamkan mata,

maka tawamu hadir begitu nyata.

Cukup sebuah lagu maka kita akan bertemu…

Lalu ketika aku terjaga,…

maka semua kembali semula, cukup kutepiskan

dan semua kembali bernama kenangan

* setahun lagi akan terlewati…*

Ketika waktu bergegas lekas

Waktu-Berlalu

Image From Google

Sekelilingku telah senyap, ruang terasa lapang. Dan detik seolah berbisik begitu jelas pada dinding dan udara.

Pernah merasa sesunyi aku ? tapi waktu enggan menunggu, begitu cepat berlari hingga tak tersisa bagi rindu yang bisu. Tak tersisa bagi harapan yang usang, hanya menyisakan kenyataan yang tergenggam.

Pernah terdiam seperti aku ? nyaris tak bicara, hanya kecamuk dalam jiwa. Yang berucap,…pelanlah melangkah karena kakiku terasa goyah. Jangan berlari, karena hatiku terasa nyeri.

Pernah tengadah pada mentari sepertiku, ketika tanpa terasa sinarnya telah lurus diatas kepala ? betapa aku lengah… membiarkan waktu tanpa kusadari melaju.

Pernah terdiam ketika cakrawala redup, mengantarmu bertemu senja ? aku beku… diujung hari aku mengadu. Tentang ucap lakuku sejak pagi dulu, hingga debar rinduku yang kadang tak tahu malu.

Aku pulang,… waktu. Aku rebah dengan kefanaanku. Jangan bergegas lekas, biarkan aku menikmati setiap derap yang kau tawarkan. Setiap perlahan yang ingin kutunaikan.

13 November 2014 ~ Irma Senja ~ Ketika rasa terbang

Don Juan

donjuan

Image by Google

Rasaku karam, hilang bersama malam.

suara dendangku sedan, lindap diam-diam

Tak kutemukan gemawan jingga diujung cakrawala,

tak kutatap pendar cahaya yang serupa matamu pada lintasan bianglala.

 

Musim berganti janjimu mengabadi

Katamu takkan pudar serupa setia mentari pada pagi.

Janji tak ingkar seperti janji hujan pada para petani,

Duhai Don Juan, waktu terlalu jauh berlari, dan rinduku tlah lama basi…

 

Tetiba kau datang,

membawa puja-puji dan rindu terkembang.

Jangan lupa aku bukan lagi gadis belia berkepang dua,

takkan lagi kuterbuai rasa, cinta palsu bak fatamorgana.

Usah membujuk takkan ku mau,

tak ada tempat bagi pencinta semu.