Saya baru saja mendengar sebuah kisah, dari judulnya sudah tidak enak didengar ‘ perpisahan ‘ iya sebuah perpisahan. Saya menyayangkan, begitu banyak cara berpisah yang lebih baik tanpa harus menambah beratnya perpisahan dengan cara seperti ini.
Sudah cukup perpisahan yang menyesakkan, apalagi perpisahan sendirian…iya sendirian. Sendirian, tidak ada kata selamat tinggal atau kata maaf, seolah kamu dibuang begitu saja. Seolah kamu tidak pernah menikmati kebersamaan dan tidak berharga.
Saya membayangkan rasanya, seolah ada yang mengaduk-aduk abdomen dan hati saya. Saya melihatnya bertahan, seolah berlagak kuat… tapi saya tahu dia begitu rapuh. Mereka kadang lupa, ringan bagi seseorang belum tentu bagi yang lainnya. Bagi yang lain, perpisahan akan tampak seperti selesai memainkan peran dan beralih pada peran lainnya. Bagi sebagian yang lain, kadangkala mengikis habis kepercayaan dan kebahagiaan.Saya fikir usainya sebuah ikatan dan cinta, adalah hal biasa karena hati hanyalah kalbu yang mudah berubah. Sayangnya, kadangkala matinya cinta bagi yang lain belum tentu bagi yang lainnya. Mereka tidak pernah senada meninggalkan dua hati. Selalu ada yang tertinggal…
Sangat disayangkan bahwa kesedihan menjadi begitu personal, hanya bisa dirasakan bagi mereka yang sedang terluka. Untuk kamu yang sedang ditinggalkan,…dicampakkan, percayalah air matamu saat ini adalah obat esok hari. Jangan disesali dia yang mengabaikanmu, jangan menahan dia yang ingin pergi. Sejatinya dia pergi bukan karena kamu tidak berharga, tapi karena cintanya tidak cukup untuk membuatnya tinggal. Karena cintanya memang sudah usai,…
Setidaknya kamu pernah mencintainya sepenuh hati, setidaknya kamu pernah jujur bahwa dia berarti. Biarlah DIA yang menyembuhkan perihnya kehilangan dan ditinggalkan, DIA yang akan meredakan…yang akan memelukmu hingga nanti.
* Jejak 31 mei 2013 *